Kamis malam, 11 Sept 2014, pukul 22.40 wita, ibu menelponku mengabarkan bahwa mbah karang jati sudah tiada, dalam usia 86 tahun beliau kembali kepada Sang Penciptanya, pemilik seluruh kehidupan di alam semesta ini.
Bertahun-tahun hidup bersama dengan beliau, sungguh memberikan banyak pelajaran berharga, yang kemudian beberapa diantaranya menjadi komitmen dalam kehidupanku...
Seperti kata seorang sepupu dalam network bb diantara keluarga sesaat setelah mbah di kebumikan :
"Mbah tidak bisa membaca, mbah juga tidak bisa menulis, tetapi beliau adalah pekerja keras dan semangatnya itu yang pantas di tiru oleh semua keturunannya.
Atau tulisan seorang sepupu lainnya di wall FB nya, " she was teach me, how to be good listener "
Memang dalam sepanjang usianya mbah tidak pernah mengenyam pendidikan, sehingga beliau tiak mampu membaca dan menulis, tetapi beliau mampu berhitung dengan cermat karena sepanjang hidupnya beliau adalah seorang pedagang.
Mbah sangat perfectionist, ketika beliau masih sanggup untuk mengerjakan sendiri, tak ada seorangpun yang diperkenankan untuk membantunya. bahkan di usia tuanya pun, jika kami berkunjung beliau lah yang repot untuk menyajikan sarapan untuk kami. Rumah mbah persis di depan pasar , dan beliau menikmati bolak balik ke pasar untuk sekedar membeli nasi kuning, nasi pecel, atau apapun pesanan kami. Bukan kami malas untuk membeli sendiri, tetapi semata-mata hal ini untuk menyenangkan beliau, karena inilah caranya beliau merasa masih diperlukan dan inilah caranya beliau menunjukkan kasih sayang pada kami,
Jika tiba saat lebaran, maka semua berkumpul dan selalu menantikan moment berbagi angpau, terutama angpau dari mbah.Semua cucu, cicit mendapat angpau yang sama. Lucunya... uang angpau itu sebagian berasal dari pemberian para anak beliau, sehingga sebenarnya beliau hanya perantara untuk diberikan lagi pada masing masing cucu.
Mbah tidak bisa mendiamkan hal yang tidak berkenan di hatinya, even untuk kenakalan kenakalan anak kecil , beliau bisa "berceramah" panjang lebar dan mbah kerap kali mampu menahan marahnya sampai beberapa waktu... Jika mbah sudah marah dengan segala petuahnya... maka nasehat terbaik bagi para "terdakwa" adalah diam mendengarkan tanpa perlu mengeluarkan komentar sedikitpun... itulah yang membuat sepupuku berkata bahwa dengan omelan mbah, dia dan kami semua belajar jadi pendengar yang baik.
Subhanallah... di usia senjanya menjelang kembali kepada sang pemilik, mbah diberikan kesabaran yang luar biasa...tidak ada "kecerewetan" dan kesulitan untuk menyayanginya...
Mbah mengajarkan banyak hal pada kami dalam kurun hidupnya...
semoga Allah ridho dan memberikan surga untuknya...
amin....
bersama mbah sesaat setelah weddingnya Ika, (aston hotel)
(the last lebaran 2014 with grandma)
Mbah with Mas Tico n' Alya (lebaran 2014)
happy smile mbah n' Alya ( Lebaran 2014)
(mengenang mbah Ginem...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar