Beberapa hari terakhir ini, sering banget mendengar dan membaca, galaunya orang tua yang anak anak nya harus kuliah di luar kota ( jauh dari jangkauan dan pandangan mata mereka. sehingga sampai detik detik terakhir sebelum kuliah " harus " diikuti dan di temenin, segala prosedur daftar ulang, ngisi formulir, bayar Spp, nyariin kost , beli tetek bengek perlengkapan... kalo perlu melakukan interview dengan ibu kost dan warga yg sama sama ngekost di situ, plus pak RT setempat... demi menjamin keamanan, kenyamanan dan ketentraman si anak.
----------------
Kok 29 tahun yang lalu, aku yang memilih kuliah di luar kota, ngga begitu ya? ada sih bbrp temen yang ibundanya ngintil dan bahkan ngisiin formulir pendaftaran, nemenin ketika test di depan ruang test. Tapi bisa dihitung dengan jari lah. dan nampaknya si anak merasa "malu" dengan perlakukan istimewa orang tuanya.
Dulu, saat memilih mo sekolah di mana, aku merasa sepenuhnya keputusan ada di tangan ku, ibu ku cuman mengiyakan , ketika SD, SMP, SMA, mau ikut ekskul apapun , asal serius , ibu cuman bilang terserah yang jalanin. asal jangan malas dan bertanggung jawab dengan pilihanmu.
Ikut Pramuka, ikut, PMR, ikut Pencak silat, ikut kelompok Ilmiah remaja, ikut IRMA ( ikatan remaja Masjid), ikut kelompok pengajian, ikut nari , ikut klub english, wara wiri ke luar kota, jalan bareng para sohib , ibuku anteng aja, ngga pernah repot interogasi apalagi ngintil. milih & daftar SMP dan SMA pun , dilakoni sendiri, lagi lagi Ibu cuman ikut berdoa dari rumah.
Apalagi waktu kuliah.... berangkat sendiri, cari kost sendiri, bahkan sampai saat wisuda beberapa tahun kemudian Ibu baru datang dan baru tau tempat tinggal ku selama kuliah., the first n the last mommy visit my campus.
Hal ini terjadi, entah karena Ibuku sangat percaya dengan ku, atau karena faktor lain...(cuman Ibu dan Allah yang tau), dan aku.. tidak pernah bertanya tanya tentang itu secara terbuka. yang jelas kebebasan memilih dan melakoninya benar benar membuatku menjadi seperti saat ini, mandiri dan bertanggung jawab dengan pilihan yang sudah diputuskan sendiri (ceileeee)....
Ada sedikit negatif juga sih, sering nya aku ngga pernah minta pendapat orang tua ketika dihadapkan dengan pilihan.... jadi jarang banget curhat masalah2 yang dihadapi selama sekolah, kuliah, bekerja sampai berkeluarga saat ini. Segalanya harus bisa di putuskan sendiri, dan Ibu harus hanya mendengar yang baik baik saja.
Alhamdulillah... everything its ok. Doa Ibu dari manapun sangat makbul nampaknya.
Pola ini , kucoba terapkan pada anak anak ku ( Astrico & Alya) dari TK, kami minta mereka yang memilih mau sekolah di TK mana, yang kami lakukan cuman ngajak berkunjung ke beberapa TK dan silahkan anaknya merasa nyaman sekolah di mana. Waktu SD juga demikian ( mas Tico bahkan memilih SD yang ada masjidnya aja, Masya Allah), Waktu SMP, Tico memilih SMP umum favourite, cuman karena merasa udah cape cape test ini dan itu dan kemudian lulus dengan " cum laude" masa ngga diambil, walaupun dia juga lulus tanpa test di beberapa SMP lain. saat SMA... terulang lagi hal yang sama.
Pilihan ekskul dari TK, sesuai maunya.. yaitu berenang dari TK sampai kelas lima SD. walaupun sahabat sahabatnya memilih ekskul yang berbeda tiap semester. Tico tetap kekeuh untuk ekskul Renang. Luar biasa...
Waktu memilih Kuliah... silahkan pakai kebebasan memilih mu, dan bertanggung jawab dengan pilihan itu. Tico memilih sesuai minatnya. walau di iming imingi fakultas kedokteran bebas biaya.... Ngga bakat jadi Dokter katanya. ;-
Karena kami punya jadwal liburan bersamaan dengan Mas Tico harus daftar ulang saat itu, maka kami manfaatkan waktu untuk survey tempat kost. tapi niatnya bukan karena kasihan dia harus cari kost sendiri... bukannnn, ini semata mata karena kami ada di tempat yang sama dengan waktu yang tepat.
Bahkan sampai saat ini ( semester 5) aku belum pernah menjejak kampusnya dan belum pernah lagi menyambangi kost nya.
Suatu saat , malam hari dia telp karena 2 orang preman membegal laptop dan seluruh isi tas nya, termasuk dompet dengan semua kartu & uang di dalamnya, hp nya, , aku hanya berdoa semoga Allah melindunginya dan peristiwa itu memberi dia pelajaran berharga.
Dan saat sedang internship di suatu tempat yang jauh dari kost nya, sehingga setiap hari harus pulang jam 9 malam, pakai kereta ( komuter) yaaa... itu adalah pengalaman yang harus dilakoni, itu perjuangan untuk survive, untuk bisa lebih baik...
terpikir juga ... ketika kebanyakan orang sedang bersiap tidur, dia masih berdiri di atas kereta dalam perjalanan pulang.
Tapi itulah pelajaran hidup... yang ngga bakal di dapat di ruang kuliah...
ketika suatu masa Idul Adha, kami sedang bersuka ria menyantap soto di rumah , dan dia harus mencuci bajunya di rumah kost nya...that's real life...
Kemandirian memang harus diajarkan sejak kecil, sehingga mendarah daging dalam dirinya.
walaupun .. seperti aku juga, dia jarang meminta saran untuk pilihannya dan berkisah ttg hari hari dan kejadian yg di alaminya..., yeaaa sepanjang segala nya masih dalam koridor yang benar harus di terima dengan ikhlas. like a mom , like a son ;-)
Semoga Allah Ridho dengan perjuangan mu mencari ilmu..., seperti kami juga ridho atas dirimu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar