Akhirnya... berhasil juga mendapatkan visa Turki secara On line...
Alhamdulillah...
--------------------------
Sebelumnya beberapa kali ngubek ngubek blog para penjelajah yang sudah pernah membuat visa Turki secara on line. Ada yang bilang harus begini begitu... harus buat asuransi perjalanan dulu lah, harus daftar on line dulu .. trus nanti di arahkan ke link kedutaan lah.. dll dll...nampaknya tidak semudah yang di tuliskan.
Nah... tadi pagi dengan mengucapkan Bismillahirohmanirohim... saya mencoba peruntungan mendapatkan Visa Turki, tanpa punya asuransi perjalanan dan untuk tujuan kunjungan kurang dari 30 hari. ( karena lebih dari 30 hari harus datang langsung ke kedutaan Turki katanya.
step pertama : langsung membuka
https:\\www.evisa.gov.tr
sangat jelas petunjuknya >> kita mengisi atau memilih nama negara ; memilih dokumen traveling (ordinary paspor lah)
menulis kode yg tertera
... next
halaman berikut : mengisi tanggal kedatangan , nanti tertera masa berlaku visa kita dan biaya pembuatan visa
next...
mengisi biodata pribadi :
tips : jangan salah menulis nomor telephone, tulis dengan cara penulisan international misal 0811556657 maka di tulis +62811556657
Karena gara gara nulis no. hp dengan lugu, saya harus validasi data sampai tiga kali ( dasar bego!! :-))
menulis alamat jangan pakai garis datar misal surabaya - jawa timur. itu dianggap ngga valid. tulis aja Surabaya Jawa Timur, after it,
Save & Continue, akan ada verify data jika dianggap kita keliru cara penulisannya.( misal 2 hal di atas tadi)
next...
akan muncul pemberitahuan data anda telah di terima dan klik resend email.
buka email anda dan approved.
next muncul kolom payment dengan menggunakan kartu kredit ( terserah punya siapa yang berbaik hati meminjamkan) biaya nya 25 dolar ditambah biaya cc US$ 25,7
setelah payment di terima bank, evisa kita sdh terkirim ke email kita atau kita bisa down load dari halaman webnya termasuk payment received nya.
taraaaa.. selesai.
Mudah banget ternyata, pastikan saja jaringan ngga lelet, terutama saat melakukan transaksi dengan credit card. jika koneksi error saat itu, saran saya try again...
Allah Ya... Rohman ya Rohim, yang berkuasa atas segalanya, mudahkan perjalanan mentadaburi bumi ciptaanMU yang luas ini...
seperti dalam surah Al Mulk :15
Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezekiNYA. dan hanya kepadaNYA lah kamu ( kembali setelah) dibangkitkan
Rabu, 10 Agustus 2016
Pantai
Maratua Island, amazing beach |
Sanur Beach di terik matahari |
langit kelabu di Tanah Lot
Menikmati pantai selalu memberi kenyamanan tersendiri untuk ku kata sebagian orang, pantai itu di mana mana sama aja, ada pasir, air dan matahari. Buat aku setiap pantai itu berbeda, bukan hanya karena lokasinya yang berbeda, tetapi suasana yang ditawarkan juga tidak sama. elemen utama ekosistem pantai itu memang pasir, air dan matahari ( bersinar atau sedang tertutup awan), sebagian pantai ada yang berpohon rindang, ada yang penuh pohon cemara, ada yang dihiasi pohon kelapa, atau ada yang cuman di isi pohon pohon bakau dengan akar lilit melilit.
Pantai itu menenangkan.
pantai itu memberi inspirasi,
pantai itu menumbuhkan semangat,
pantai juga melenakan dan
pantai juga menakutkan .
ketika jaman sekolah , kalo sedang ingin jalan jalan sama temen satu genk, maka pantai menjadi pilihan ( karena belom ada mall hehehehe), kalo sedang ingin menyendiri, maka menghampiri pantai terdekat dan berteduh di bawah pohon kelapa sangat menenangkan. hanya sekedar mendengar debur ombak dengan sepotong coklat, sudah sangat menentramkan... ketika bekerja, setiap Forkom /
gusung pasir near derawan Island |
ketika ngebolang sendiri, pantai menjadi tempat yang utama untuk di tuju, menikmati matahari senja,
Sepotong senja di derawan Island |
Sunrise dari balik pulau penyu |
twilight at senggigi |
pink beach nan eksotis |
Tanjung Aan Beach |
Kuta Beach at Lombok |
Pantai memang selalu indah...
Sangalaki beach... serasa pantai pribadi |
Berjemur di terik Matahari Sangalaki island |
menikmati kemala beach di sejumput sore |
Sabar itu pemberian ALLAH...
Sessi khusus saat
akupunktur,
Rutin seminggu sekali di hari Rabu pagi, aku mengantar suami
ke Dokter untuk therapy akupunktur, Sebenarnya jadwal praktek buka jam 09.00
pagi, tetapi karena pertemanan dengan sang dokter, maka kami selalu bisa dapat
private time jam 08.00 pagi sd jam 09.00.
Selama menunggu akupuntur, aku selalu mendapat pencerahan
dari sang dokter. Dari mulai masalah yin dan yang ( dalam dunia pengobatan
cina, sampai soal tauhid). Aku merasa mendapat dua manfaat selama sessi
theraphy ini, satu manfaat akupunktur
nya, satu lagi yang tak ternilai sebenarnya masalah pencerahan tadi.
Seperti pagi ini, kata sakti yang sangat membekas
adalah “ Sabar itu pemberian Allah
karena ketaatan kita padaNYA. “
Sering sekali aku merasa sabar itu karena usahaku karena
bersungguh sungguh tabah menghadapi suatu kejadian. Sabar itu karena aku orang
yang tidak mau berkonflik dengan orang lain. Sabar itu adalah perilaku yang
kutampilkan saat menghadapi orang orang yang sulit di pahami.
Ternyata semua definisi sabarku lenyap dengan hikmah pagi ini.
Sabar itu pemberian Allah, bukan karena mau kita. Jika kita
diberi oleh Allah kesabaran karena ketaatan kita, maka itulah kesabaran yang
hakiki, kesabaran yang teruji, kesabaran yang sudah tidak bisa di ganggu gugat
dan kesabaran yang tidak terbatas.
Jadi hilangkan kata kata klise " sabar itu ada batasnya !!!! " karena sabar yang merupakan pemberian ALLAH tiada batasnya.
Ikhlas pun demikian…
Maka, belum lah pantas aku diberi kesabaran itu, karena
ketaatanku pada NYA belum layak di ganjar dengan
pemberian setinggi itu. Sabar
& ikhlas. Tetapi jangan pernah menyerah dengan Rahmat Allah. Terus berjuang untuk mendapatkannya..
Kembali ke Therapy, lantas pertanyaan berikutnya, Apa tujuan therapy selama ini? Berharap kesembuhan? Berharap kenormalan kembali?
Nampaknya Aku harus setting paradigm dan tujuan dari semua
usaha yang kami lakukan selama ini, semua yang kita lakukan untuk pengobatan karena
Allah meminta kita berusaha, dengan cara yang Allah tunjukan , hasil akhir kembali kepada Allah. Allah punya hak prerogatif atas diri kita.
Seperti kata Pak Dokter, jika kemudian Allah mengijinkan
kita bisa berlari kembali, sesungguhnya hal itu tidak berarti apa apa
dibanding Sifat Sabar & ikhlas yang Allah anugrahkan pada kita pada
akhirnya.
Subhanallah....
Kamis, 04 Agustus 2016
Menjadi Mandiri (2)
Beberapa hari terakhir ini, sering banget mendengar dan membaca, galaunya orang tua yang anak anak nya harus kuliah di luar kota ( jauh dari jangkauan dan pandangan mata mereka. sehingga sampai detik detik terakhir sebelum kuliah " harus " diikuti dan di temenin, segala prosedur daftar ulang, ngisi formulir, bayar Spp, nyariin kost , beli tetek bengek perlengkapan... kalo perlu melakukan interview dengan ibu kost dan warga yg sama sama ngekost di situ, plus pak RT setempat... demi menjamin keamanan, kenyamanan dan ketentraman si anak.
----------------
Kok 29 tahun yang lalu, aku yang memilih kuliah di luar kota, ngga begitu ya? ada sih bbrp temen yang ibundanya ngintil dan bahkan ngisiin formulir pendaftaran, nemenin ketika test di depan ruang test. Tapi bisa dihitung dengan jari lah. dan nampaknya si anak merasa "malu" dengan perlakukan istimewa orang tuanya.
Dulu, saat memilih mo sekolah di mana, aku merasa sepenuhnya keputusan ada di tangan ku, ibu ku cuman mengiyakan , ketika SD, SMP, SMA, mau ikut ekskul apapun , asal serius , ibu cuman bilang terserah yang jalanin. asal jangan malas dan bertanggung jawab dengan pilihanmu. Ikut Pramuka, ikut, PMR, ikut Pencak silat, ikut kelompok Ilmiah remaja, ikut IRMA ( ikatan remaja Masjid), ikut kelompok pengajian, ikut nari , ikut klub english, wara wiri ke luar kota, jalan bareng para sohib , ibuku anteng aja, ngga pernah repot interogasi apalagi ngintil. milih & daftar SMP dan SMA pun , dilakoni sendiri, lagi lagi Ibu cuman ikut berdoa dari rumah.
Apalagi waktu kuliah.... berangkat sendiri, cari kost sendiri, bahkan sampai saat wisuda beberapa tahun kemudian Ibu baru datang dan baru tau tempat tinggal ku selama kuliah., the first n the last mommy visit my campus. Hal ini terjadi, entah karena Ibuku sangat percaya dengan ku, atau karena faktor lain...(cuman Ibu dan Allah yang tau), dan aku.. tidak pernah bertanya tanya tentang itu secara terbuka. yang jelas kebebasan memilih dan melakoninya benar benar membuatku menjadi seperti saat ini, mandiri dan bertanggung jawab dengan pilihan yang sudah diputuskan sendiri (ceileeee)....
Ada sedikit negatif juga sih, sering nya aku ngga pernah minta pendapat orang tua ketika dihadapkan dengan pilihan.... jadi jarang banget curhat masalah2 yang dihadapi selama sekolah, kuliah, bekerja sampai berkeluarga saat ini. Segalanya harus bisa di putuskan sendiri, dan Ibu harus hanya mendengar yang baik baik saja. Alhamdulillah... everything its ok. Doa Ibu dari manapun sangat makbul nampaknya.
Pola ini , kucoba terapkan pada anak anak ku ( Astrico & Alya) dari TK, kami minta mereka yang memilih mau sekolah di TK mana, yang kami lakukan cuman ngajak berkunjung ke beberapa TK dan silahkan anaknya merasa nyaman sekolah di mana. Waktu SD juga demikian ( mas Tico bahkan memilih SD yang ada masjidnya aja, Masya Allah), Waktu SMP, Tico memilih SMP umum favourite, cuman karena merasa udah cape cape test ini dan itu dan kemudian lulus dengan " cum laude" masa ngga diambil, walaupun dia juga lulus tanpa test di beberapa SMP lain. saat SMA... terulang lagi hal yang sama.
Pilihan ekskul dari TK, sesuai maunya.. yaitu berenang dari TK sampai kelas lima SD. walaupun sahabat sahabatnya memilih ekskul yang berbeda tiap semester. Tico tetap kekeuh untuk ekskul Renang. Luar biasa...
Waktu memilih Kuliah... silahkan pakai kebebasan memilih mu, dan bertanggung jawab dengan pilihan itu. Tico memilih sesuai minatnya. walau di iming imingi fakultas kedokteran bebas biaya.... Ngga bakat jadi Dokter katanya. ;-
Karena kami punya jadwal liburan bersamaan dengan Mas Tico harus daftar ulang saat itu, maka kami manfaatkan waktu untuk survey tempat kost. tapi niatnya bukan karena kasihan dia harus cari kost sendiri... bukannnn, ini semata mata karena kami ada di tempat yang sama dengan waktu yang tepat.
Bahkan sampai saat ini ( semester 5) aku belum pernah menjejak kampusnya dan belum pernah lagi menyambangi kost nya.
Suatu saat , malam hari dia telp karena 2 orang preman membegal laptop dan seluruh isi tas nya, termasuk dompet dengan semua kartu & uang di dalamnya, hp nya, , aku hanya berdoa semoga Allah melindunginya dan peristiwa itu memberi dia pelajaran berharga.
Dan saat sedang internship di suatu tempat yang jauh dari kost nya, sehingga setiap hari harus pulang jam 9 malam, pakai kereta ( komuter) yaaa... itu adalah pengalaman yang harus dilakoni, itu perjuangan untuk survive, untuk bisa lebih baik... terpikir juga ... ketika kebanyakan orang sedang bersiap tidur, dia masih berdiri di atas kereta dalam perjalanan pulang.
Tapi itulah pelajaran hidup... yang ngga bakal di dapat di ruang kuliah... ketika suatu masa Idul Adha, kami sedang bersuka ria menyantap soto di rumah , dan dia harus mencuci bajunya di rumah kost nya...that's real life... Kemandirian memang harus diajarkan sejak kecil, sehingga mendarah daging dalam dirinya.
walaupun .. seperti aku juga, dia jarang meminta saran untuk pilihannya dan berkisah ttg hari hari dan kejadian yg di alaminya..., yeaaa sepanjang segala nya masih dalam koridor yang benar harus di terima dengan ikhlas. like a mom , like a son ;-)
Semoga Allah Ridho dengan perjuangan mu mencari ilmu..., seperti kami juga ridho atas dirimu...
Kok 29 tahun yang lalu, aku yang memilih kuliah di luar kota, ngga begitu ya? ada sih bbrp temen yang ibundanya ngintil dan bahkan ngisiin formulir pendaftaran, nemenin ketika test di depan ruang test. Tapi bisa dihitung dengan jari lah. dan nampaknya si anak merasa "malu" dengan perlakukan istimewa orang tuanya.
Dulu, saat memilih mo sekolah di mana, aku merasa sepenuhnya keputusan ada di tangan ku, ibu ku cuman mengiyakan , ketika SD, SMP, SMA, mau ikut ekskul apapun , asal serius , ibu cuman bilang terserah yang jalanin. asal jangan malas dan bertanggung jawab dengan pilihanmu. Ikut Pramuka, ikut, PMR, ikut Pencak silat, ikut kelompok Ilmiah remaja, ikut IRMA ( ikatan remaja Masjid), ikut kelompok pengajian, ikut nari , ikut klub english, wara wiri ke luar kota, jalan bareng para sohib , ibuku anteng aja, ngga pernah repot interogasi apalagi ngintil. milih & daftar SMP dan SMA pun , dilakoni sendiri, lagi lagi Ibu cuman ikut berdoa dari rumah.
Apalagi waktu kuliah.... berangkat sendiri, cari kost sendiri, bahkan sampai saat wisuda beberapa tahun kemudian Ibu baru datang dan baru tau tempat tinggal ku selama kuliah., the first n the last mommy visit my campus. Hal ini terjadi, entah karena Ibuku sangat percaya dengan ku, atau karena faktor lain...(cuman Ibu dan Allah yang tau), dan aku.. tidak pernah bertanya tanya tentang itu secara terbuka. yang jelas kebebasan memilih dan melakoninya benar benar membuatku menjadi seperti saat ini, mandiri dan bertanggung jawab dengan pilihan yang sudah diputuskan sendiri (ceileeee)....
Ada sedikit negatif juga sih, sering nya aku ngga pernah minta pendapat orang tua ketika dihadapkan dengan pilihan.... jadi jarang banget curhat masalah2 yang dihadapi selama sekolah, kuliah, bekerja sampai berkeluarga saat ini. Segalanya harus bisa di putuskan sendiri, dan Ibu harus hanya mendengar yang baik baik saja. Alhamdulillah... everything its ok. Doa Ibu dari manapun sangat makbul nampaknya.
Pola ini , kucoba terapkan pada anak anak ku ( Astrico & Alya) dari TK, kami minta mereka yang memilih mau sekolah di TK mana, yang kami lakukan cuman ngajak berkunjung ke beberapa TK dan silahkan anaknya merasa nyaman sekolah di mana. Waktu SD juga demikian ( mas Tico bahkan memilih SD yang ada masjidnya aja, Masya Allah), Waktu SMP, Tico memilih SMP umum favourite, cuman karena merasa udah cape cape test ini dan itu dan kemudian lulus dengan " cum laude" masa ngga diambil, walaupun dia juga lulus tanpa test di beberapa SMP lain. saat SMA... terulang lagi hal yang sama.
Pilihan ekskul dari TK, sesuai maunya.. yaitu berenang dari TK sampai kelas lima SD. walaupun sahabat sahabatnya memilih ekskul yang berbeda tiap semester. Tico tetap kekeuh untuk ekskul Renang. Luar biasa...
Waktu memilih Kuliah... silahkan pakai kebebasan memilih mu, dan bertanggung jawab dengan pilihan itu. Tico memilih sesuai minatnya. walau di iming imingi fakultas kedokteran bebas biaya.... Ngga bakat jadi Dokter katanya. ;-
Karena kami punya jadwal liburan bersamaan dengan Mas Tico harus daftar ulang saat itu, maka kami manfaatkan waktu untuk survey tempat kost. tapi niatnya bukan karena kasihan dia harus cari kost sendiri... bukannnn, ini semata mata karena kami ada di tempat yang sama dengan waktu yang tepat.
Bahkan sampai saat ini ( semester 5) aku belum pernah menjejak kampusnya dan belum pernah lagi menyambangi kost nya.
Suatu saat , malam hari dia telp karena 2 orang preman membegal laptop dan seluruh isi tas nya, termasuk dompet dengan semua kartu & uang di dalamnya, hp nya, , aku hanya berdoa semoga Allah melindunginya dan peristiwa itu memberi dia pelajaran berharga.
Dan saat sedang internship di suatu tempat yang jauh dari kost nya, sehingga setiap hari harus pulang jam 9 malam, pakai kereta ( komuter) yaaa... itu adalah pengalaman yang harus dilakoni, itu perjuangan untuk survive, untuk bisa lebih baik... terpikir juga ... ketika kebanyakan orang sedang bersiap tidur, dia masih berdiri di atas kereta dalam perjalanan pulang.
Tapi itulah pelajaran hidup... yang ngga bakal di dapat di ruang kuliah... ketika suatu masa Idul Adha, kami sedang bersuka ria menyantap soto di rumah , dan dia harus mencuci bajunya di rumah kost nya...that's real life... Kemandirian memang harus diajarkan sejak kecil, sehingga mendarah daging dalam dirinya.
walaupun .. seperti aku juga, dia jarang meminta saran untuk pilihannya dan berkisah ttg hari hari dan kejadian yg di alaminya..., yeaaa sepanjang segala nya masih dalam koridor yang benar harus di terima dengan ikhlas. like a mom , like a son ;-)
Semoga Allah Ridho dengan perjuangan mu mencari ilmu..., seperti kami juga ridho atas dirimu...
Menjadi Mandiri
Akhir akhir ini, kerap mendengar sahabat sahabat heboh mengantar anak yang mo kuliah di luar kota. kenapa harus di antar segala? Kan si anak sudah besar?
masa sih urusan daftar kuliah, cari kost, beli perlengkapan ini dan itu harus di bantu orang tua?
Lha... di mana letak kemandiriannya? kapan dia belajar dewasa? kapan dia bisa melakukan dan memutuskan tanpa bantuan orang tua? si anak kan bukan balita lageee.
Dengan alasan kasih sayang, dengan alasan ngga tegaa, dengan alasan kasihan dan berjuta alasan lain, para ortu menina bobokan anak anaknya dalam tergantungan yang tidak berkesudahan... bahkan sampai si anak berkeluarga, ketergantungan dengan orang tuanya masih sangat tinggi.
Lantas jika sudah demikian/ siapa yang keliru ? ---------
Kemarin, si Alya libur karena para guru katanya ada silaturahmi bersama . Jadi dia punya jadwal belajar kelompok di rumah temen nya .
dengan Pe De dia bilang, Alya naik angkot sendiri aja mi, kan alya sudah tau rumah si A ( temennya). memang jarak rumah yang mau di tuju tidak sampai 6 menit naik kendaraan dari rumah kami, tetapi... ini anak kelas 5 SD dengan perawakan imut, wah... khawatir juga ngelepas sendiri. jangan jangan di bawa lari supir angkot... ( maafkan kami.. yg sudah berprasangka buruk terhadap orang lain ya Allah)....
Akhirnya di antar dan di jemput sama Om nya.
Dulu, 29 tahun yang lalu... aku kelas 6 SD, naik angkot sendiri ke rumah temen yang lebih jauh jaraknya, Ibu ku kok ngga khawatir ya? mungkin juga khawatir, cuman beliau dengan luar biasa berani mengambil resiko .
Dulu memang jaman nya beda, tapi faktor kejahatan terhadap anak kecil kan dari dulu juga ada. Ahhh ... aku ngga bisa berpikir logis, kenapa Ibu ku membolehkan aku naik angkot sendiri saat itu...?
Dan hal itu membuat ku jadi mandiri di masa masa yang akan datang.
Mungkin aku harus coba mempercayai kemandirian Alya, untuk membuatnya menjadi pribadi yang kokoh dan mandiri di masa yang akan datang. ya Allah... jagalah anak anak kami, karena Engkaulah sebaik-baiknya penjaga.
Lha... di mana letak kemandiriannya? kapan dia belajar dewasa? kapan dia bisa melakukan dan memutuskan tanpa bantuan orang tua? si anak kan bukan balita lageee.
Dengan alasan kasih sayang, dengan alasan ngga tegaa, dengan alasan kasihan dan berjuta alasan lain, para ortu menina bobokan anak anaknya dalam tergantungan yang tidak berkesudahan... bahkan sampai si anak berkeluarga, ketergantungan dengan orang tuanya masih sangat tinggi.
Lantas jika sudah demikian/ siapa yang keliru ? ---------
Kemarin, si Alya libur karena para guru katanya ada silaturahmi bersama . Jadi dia punya jadwal belajar kelompok di rumah temen nya .
dengan Pe De dia bilang, Alya naik angkot sendiri aja mi, kan alya sudah tau rumah si A ( temennya). memang jarak rumah yang mau di tuju tidak sampai 6 menit naik kendaraan dari rumah kami, tetapi... ini anak kelas 5 SD dengan perawakan imut, wah... khawatir juga ngelepas sendiri. jangan jangan di bawa lari supir angkot... ( maafkan kami.. yg sudah berprasangka buruk terhadap orang lain ya Allah)....
Akhirnya di antar dan di jemput sama Om nya.
Dulu, 29 tahun yang lalu... aku kelas 6 SD, naik angkot sendiri ke rumah temen yang lebih jauh jaraknya, Ibu ku kok ngga khawatir ya? mungkin juga khawatir, cuman beliau dengan luar biasa berani mengambil resiko .
Dulu memang jaman nya beda, tapi faktor kejahatan terhadap anak kecil kan dari dulu juga ada. Ahhh ... aku ngga bisa berpikir logis, kenapa Ibu ku membolehkan aku naik angkot sendiri saat itu...?
Dan hal itu membuat ku jadi mandiri di masa masa yang akan datang.
Mungkin aku harus coba mempercayai kemandirian Alya, untuk membuatnya menjadi pribadi yang kokoh dan mandiri di masa yang akan datang. ya Allah... jagalah anak anak kami, karena Engkaulah sebaik-baiknya penjaga.
Langganan:
Postingan (Atom)