Dulu ketika saya masih menjadi mahasiswa di Fakultas kehutanan ,seorang sahabat pernah berkata “ jangan pernah mengaku forester kalau belum pernah mencicipi malaria” wuih… serem banget dah ungkapan tsb.
Pasalnya 6 dari 10 mahasiswa di fakultas kehutanan yang sudah merasakan keluar masuk hutan, pasti pernah mengindap penyakit tropika ini ( malaria maksudnya). Beruntungnya saya walaupun tidak pernah terjangkit malaria, tapi tidak ada satu temanpun yang meragukan “ ke forester an “ saya.
Seperti rekan mahasiswa lainnya , saya sering keluar masuk hutan, bahkan jauh lebih sering dari yang lainnya, jika di hitung selama kuliah , tetapi Alhamdulillah…. Setiap keluar dari rimba raya tersebut, saya sehat walafiat dan bertambah bugar. Pernah beberapa kali selama 2-4 minggu harus camping di virgin forest, (asli nginap di tenda tenda di tengah hutan belantara)… pulang pulang justru merasa lebih segar.
Sementara beberapa teman lain baru 2-3 hari menginap di hutan, pulang pulang sudah harus diopname di RS.
Pokoknya saya bersyukur yang tak terhingga kepada NYA, atas limpahan kesehatan yang diberikan selama ini
Ketika memasuki dunia kerja dan berkarir di HRD, seorang sahabat yang pernah tinggal di Luar negeri berkata “ belum di akui menjadi orang HRD kalo belum pernah mengatasi demonstrasi karyawan”. Ini statement lebih sangar lagi.
Dan masih ditambahkan oleh nya bahwa di negara negara yang pengaruh serikat pekerjanya cukup dominan, maka orang HRD yang mahal harganya di pasar kerja adalah seseorang yang pernah mengatasi demo dan terlibat negosiasi dengan Serikat Pekerja dalam pembuatan kesepakatan kerja bersama. Entah ini ilmiah apa tidak, tetapi statement tersebut ada benarnya juga.
Pertama : secara teori, banyak orang mempunyai pengetahuan tentang bagaimana mengelola SDM ( HRM), tetapi sedikit sekali yang pernah terlibat dalam implementasi dari teori tersebut. Banyak orang HRD mengetahui teori komunikasi dan negosiasi, tetapi berapa orang yang punya kesempatan melakukan negosiasi dengan pihak pekerja demi sebuah kepentingan bersama ( bisa juga di baca kepentingan perusahaan, karena dia pasti menjadi wakil dari pengusaha).
Ketika timbul aksi demonstrasi oleh karyawan karena penolakan atas sebuah aturan, atau karena tuntutan atas hal lain, maka tidak semua orang HRD bisa terlibat, karena batasan batasan job masing masing officer. Jika pun terlibat belum tentu bisa berbuat banyak. Karena karyawan yang berdemo biasanya menginginkan pimpinan tertinggi yang menghadapi mereka.
Sehingga ketika kita berada pada posisi menghadapi para karyawan yang berdemo, maka itulah kesempatan kita menambah pundi pundi kompetensi kita. Terlepas dari hasil negosiasi yang dilakukan, kita pasti memperoleh sesuatu yang membuat kompetensi kita bertambah.
Tetapi…. Apakah kompetensi tersebut hanya bisa di dapat melalui sebuah demo /deadlock karyawan ?jawabnya mungkin saja tidak, tetapi.. percayalah sebuah situasi besar pasti memberi pelajaran besar pula. Jadi …. Jangan takut menghadapi demo, apalagi demo masak.. hmmmm yummy….. ;-))
admin, peran HRD dalam mengatasi demo buruh itu apa aja sih??? mohon penjelasannya yah...
BalasHapusnyasar ke blog ini ya.... hehehe..
Hapusshare pengalaman pribadi aja ya :
1. menjadi pendengar yang emphati
2. menjadi penghubung antara karyawan dgn top mgt
3. membuka komunikasi langsung ke top mgt
4. mengarahkan dan mengingatkan kary untuk melakukan aksi yg prosedural dan tdk anarkis.
silahkan diskusi by email dewi.wulansari@sumalindo.com