Melihat dan mencermati hasil belajar semester 1 yang lalu, ternyata cukup membuat "pening". Walaupun secara keseluruhan hasilnya bisa dikatakan memuaskan.
Pertama, ada mata kuliah yang tugas akhirnya di kerjakan dengan sangat sangat berpeluh, bermalam malam tidak tidur...otak atik soal yg bikin pening, temen teman copas dari hasil kerja bermalam malam itu... ajaibnya mereka mendapat nilai lebih tinggi saat pengumuman di keluarkan. oh my GOD , salah apa hambamu ini. kalo ngikutin bisikan setan wuih... maunya sewot luar biasa. Lha yang berdarah darah menyelesaikan tugas siapa? trus yang dapat nilai siapa? huah...... ngga rela ngga rela !!!
tapi ya.. sudahlah semoga amal ibadah ku memberi contekan mendapat nilai yang tak terhingga di catatan amalku.
Kedua... untuk sang dosen killer, perjuangan bolak balik ngubek library, belajar bersama ( baca : ngajarin temen ) di malam malam hari kerja , ternyata membuahkan hasil yang manis, walaupun satu kali pertemuan tidak hadir , dan lagi lagi memberi contekan di ujian akhir. Tapi yang paling penting ilmunya dapet !
Ketiga, Tugas yang relatif sulit ( tapi atas kebaikan seorang rekan , mencari kunci di google books dan sharing kunci) and next sebenarnya aku hanya mentranslate bahasa dan mengerjakan seluruh tugas dengan sangat perfect , berharap 90 up, actually hanya mendapat 82. Gigit jari !!!
Di sini aku merasa , Allah itu maha adil, kalo mo kuliah ya jangan cari enak nya aja donk.
Nilai dari dosen killer dan nilai dari dosen untuk tugas yang kukerjakan dengan sangat sangat perfectionist ngga beda jauh... Cuman ternyata rasa puasnya beda banget. asli beda !!!
Nilai dari dosen killer memberikan kepuasan yang sangat sangat tinggi, karena aku tau ini adalah hasil dari sebuah perjuangan /belajar yang sungguh sungguh. Dan ternyata Dosen nya "cukup" paham ttg hal tsb. Buktinya bbrp temen yang kuberi contekan ngga lebih tinggi dari nilaiku.
Keempat, adalah penampakan nilai dari sebuah keegoisan diri. Menganggap sepele dan cenderung menyepelekan saat kuliah berlangsung , tetapi tetap membuat tugas dengan baik.. tetapi jauh dari semangat strive for excellent. Pokoknya asal tugas selesai lah. Hasilnya ya.. sebuah nilai biasa saja. dan tidak perlu disesali. walaupun tetap dapet A ( cuman a kecil dan kurus sihhh.....) Ngga ada kepuasan yang didapat.
walaupun tetap bersyukur kepadaNYA.
Insight dari semua yang terjadi di Semester 1, only one STRIVE FOR EXCELLENT. n still sharing to your friends
Selasa, 23 Juli 2013
Minggu, 21 Juli 2013
When He Likes someone
Apa yang harus kita lakukan ketika remaja kita curhat " Umi, I like someone ... and she likes me too, may I be her my close friend?"
Reaksi pertama, Seharusnya bersyukur sangat sangat bersyukur bahwa Anak kita mau terbuka ttg hal ini kepada ortunya ,entah kepada ayah atau ibunya. Reaksi kedua lagi lagi bersyukur bahwa anak kita sama normal nya dengan remaja yang lain, memiliki rasa suka dengan lawan jenis.
Reaksi ketiga baru khawatir, bisakah dia berteman dengan lawan jenis , tanpa melanggar norma norma etika dalam agama ?
Apa yang harus kita lakukan ?
Tindakan pertama adalah , mendengarkan dan tentu saja mengijinkannya untuk berteman sepanjang pertemanannya sesuai dengan syariat agama. Melarangnya berteman sama dengan menciptakan "pemberontak", karena kita tidak bisa mengawasi 24 jam kehidupannya dan apa yang dilakukannya dalam masa itu.
Kedua memberikan bacaan ttg etika bergaul dalam Islam agar dia memiliki wawasan luas ttg hal itu dan mampu menjaga dirinya dari pengaruh pengaruh negatif dalam pergaulan. Memilih memberi bacaan menurut saya adalah lebih baik, ketimbang memberi "sederet ceramah dan nasihat" secara lisan karena anak anak sekarang merasa dia sudah lebih tahu ttg banyak hal. Belum tentu 1 jam kemudian hal hal yang kita sampaikan masih di ingatnya.
Memberi bacaan juga membuat dia lebih rajin membaca dan merasa dihormati sebagai individu dewasa.
Pada saat saat tertentu , seharusnya orangtua memang memperlakukan anaknya sebagai individu dewasa yang setara untuk saling sharing dan diskusi secara efektif.
Next ... Memintanya untuk mengenalkan "someone who he likes" dan mencoba menjalin komunikasi . Paling tidak kita mengetahui siapa sih yang disukainya.
Dalam kesempatan bertemu dengannya, kita harus menahan diri untuk tidak menyinggung hal itu , kecuali dia yang memulai, dan itu berarti dia siap berkomunikasi walaupun hanya empat mata.
Yang saya amati dan rasakan ( biasanya seorang ibu pasti memiliki feeling lebih ttg apa yang dirasakan anak anaknya), proses menyukai seseorang bagi bbrp orang bukanlah hal yang sederhana, dan itu menjadi point plus, banyak pertimbangan sebelum memutuskan untuk berkata ya, dan sharing kepada ortunya. Paling tidak ada aspek kedewasaan di sisi ini. Harapannya aspek ini tetap melekat sehingga bisa menjaga relationshipnya berada pada koridor syar'i dari sisi agama.
Semoga Allah senantiasa memberinya petunjuk dari sisi NYA.
Syukur syukur jika pertemanannya dapat menjadi motivasi extra untuk tampil dan berprestasi lebih baik.
Reaksi pertama, Seharusnya bersyukur sangat sangat bersyukur bahwa Anak kita mau terbuka ttg hal ini kepada ortunya ,entah kepada ayah atau ibunya. Reaksi kedua lagi lagi bersyukur bahwa anak kita sama normal nya dengan remaja yang lain, memiliki rasa suka dengan lawan jenis.
Reaksi ketiga baru khawatir, bisakah dia berteman dengan lawan jenis , tanpa melanggar norma norma etika dalam agama ?
Apa yang harus kita lakukan ?
Tindakan pertama adalah , mendengarkan dan tentu saja mengijinkannya untuk berteman sepanjang pertemanannya sesuai dengan syariat agama. Melarangnya berteman sama dengan menciptakan "pemberontak", karena kita tidak bisa mengawasi 24 jam kehidupannya dan apa yang dilakukannya dalam masa itu.
Kedua memberikan bacaan ttg etika bergaul dalam Islam agar dia memiliki wawasan luas ttg hal itu dan mampu menjaga dirinya dari pengaruh pengaruh negatif dalam pergaulan. Memilih memberi bacaan menurut saya adalah lebih baik, ketimbang memberi "sederet ceramah dan nasihat" secara lisan karena anak anak sekarang merasa dia sudah lebih tahu ttg banyak hal. Belum tentu 1 jam kemudian hal hal yang kita sampaikan masih di ingatnya.
Memberi bacaan juga membuat dia lebih rajin membaca dan merasa dihormati sebagai individu dewasa.
Pada saat saat tertentu , seharusnya orangtua memang memperlakukan anaknya sebagai individu dewasa yang setara untuk saling sharing dan diskusi secara efektif.
Next ... Memintanya untuk mengenalkan "someone who he likes" dan mencoba menjalin komunikasi . Paling tidak kita mengetahui siapa sih yang disukainya.
Dalam kesempatan bertemu dengannya, kita harus menahan diri untuk tidak menyinggung hal itu , kecuali dia yang memulai, dan itu berarti dia siap berkomunikasi walaupun hanya empat mata.
Yang saya amati dan rasakan ( biasanya seorang ibu pasti memiliki feeling lebih ttg apa yang dirasakan anak anaknya), proses menyukai seseorang bagi bbrp orang bukanlah hal yang sederhana, dan itu menjadi point plus, banyak pertimbangan sebelum memutuskan untuk berkata ya, dan sharing kepada ortunya. Paling tidak ada aspek kedewasaan di sisi ini. Harapannya aspek ini tetap melekat sehingga bisa menjaga relationshipnya berada pada koridor syar'i dari sisi agama.
Semoga Allah senantiasa memberinya petunjuk dari sisi NYA.
Syukur syukur jika pertemanannya dapat menjadi motivasi extra untuk tampil dan berprestasi lebih baik.
Senin, 08 Juli 2013
He goes to Osaka
Ni anak emang "keren" banget yach !!! Kita kita yang tua aja never abroad.. lha dia sudah sampai di Osaka. Jadi Delegasi Indonesia di Student Conference Asia Pacific lagi !! Wuih... trus... yang bikin makin keren TOEFL nya itu lho... 600 bo... aduh aku jadi malu mo ikut test toefl. Malu kalo hasilnya jauh di bawah nya. Trus lagi ...dia tetap low profile. wuih... lengkap deh kerennya.
Semoga banyak mendapat pengalaman di negeri orang, apalagi stay di host family asli orang jepang. (Jadi punya keluarga di jepang tuh dia). Semoga Allah memberkahi dan memberi petunjuk di setiap langkahnya.
Proficiat my son !!
Semoga banyak mendapat pengalaman di negeri orang, apalagi stay di host family asli orang jepang. (Jadi punya keluarga di jepang tuh dia). Semoga Allah memberkahi dan memberi petunjuk di setiap langkahnya.
Proficiat my son !!
Selasa, 02 Juli 2013
Melihat ke atas dan ke bawah
Melihat ke atas itu memang lebih mudah daripada melihat ke bawah, walaupun setelah beberapa saat melihat ke atas membuat kita lelah dibandingkan jika kita melihat ke bawah untuk periode yang sama. Hal itu menunjukan bahwa fitrahnya manusia itu melihat ke bawah, hanya egolah yang kadang membuat manusia lebih senang melihat ke atas.
" Wah... bukan main ya, teman kita itu pergi umroh dengan membawa seluruh keluarganya" kata seorang teman . Hal yang langsung tercetus di benak kita pasti betapa kayanya dia. sementara kita berumroh sendiripun nyaris belum mampu. dan hati langsung merasa betapa miskinnya kita, betapa nyamannya hidupnya, betapa susahnya kita... betapa hebat dan mampu nya teman kita. betapa menderitanya kita.
Hanya dari sepenggal informasi di atas, perasaan kita menjadi lebih miskin langsung muncul dan menari mari di benak . Syukur jika hanya sampai perasaan atas diri kita.. yang biasanya terjadi adalah perasaan lain yang muncul... tidak bersyukur atas "kemiskinan" kita, tidak ikhlas atas "ketidakmampuan" kita. semua berpusat pada kondisi kita yang kita rasa lebih buruk dan kurang dari teman kita itu.
Ini sebuah contoh melihat ke atas yang sangat melelahkan.
Bandingkan jika kita melihat pengemis di pinggir jalan, apakah muncul perasaan bahwa kita ternyata lebih "kaya" , bersyukur kita hari ini bisa makan 3 x sehari , bersyukur memiliki rumah untuk bernaung dari panas dan hujan... saya hampir yakin perasaan demikian tidak muncul. Padahal jika hal itu muncul di dalam diri kita, maka kita akan menjadi semakin kaya, semakin bahagia, semakin bersyukur...
" Wah... bukan main ya, teman kita itu pergi umroh dengan membawa seluruh keluarganya" kata seorang teman . Hal yang langsung tercetus di benak kita pasti betapa kayanya dia. sementara kita berumroh sendiripun nyaris belum mampu. dan hati langsung merasa betapa miskinnya kita, betapa nyamannya hidupnya, betapa susahnya kita... betapa hebat dan mampu nya teman kita. betapa menderitanya kita.
Hanya dari sepenggal informasi di atas, perasaan kita menjadi lebih miskin langsung muncul dan menari mari di benak . Syukur jika hanya sampai perasaan atas diri kita.. yang biasanya terjadi adalah perasaan lain yang muncul... tidak bersyukur atas "kemiskinan" kita, tidak ikhlas atas "ketidakmampuan" kita. semua berpusat pada kondisi kita yang kita rasa lebih buruk dan kurang dari teman kita itu.
Ini sebuah contoh melihat ke atas yang sangat melelahkan.
Bandingkan jika kita melihat pengemis di pinggir jalan, apakah muncul perasaan bahwa kita ternyata lebih "kaya" , bersyukur kita hari ini bisa makan 3 x sehari , bersyukur memiliki rumah untuk bernaung dari panas dan hujan... saya hampir yakin perasaan demikian tidak muncul. Padahal jika hal itu muncul di dalam diri kita, maka kita akan menjadi semakin kaya, semakin bahagia, semakin bersyukur...
Result
Yieehaaa... Indeks Prestasi 4. !!! 4 mata kuliah semua mendapat nilai A. Alhamdulillah...tertinggi di kelas...semua kerja keras dan berlelah lelah mengerjakan tugas terbayar tuntas. Ada kepuasan tersendiri ketika melihat hasil dari segala upaya. Walaupun tujuan tertinggi adalah mendapat ilmu yang semoga bermanfaat dan di ridhoi Allah.
Dan sesungguhnya hasil ini adalah sebuah ujian kecil dari NYA. Apakah hasil ini membuat kita menjadi lebih bermanfaat bagi orang lain, membuat kita menjadi orang yang semakin bersyukur dan dekat kepada NYA. Atau membuat kita menjadi pongah, bangga atas keberhasilan atau malah tidak memberi manfaat untuk orang lain.
Semoga kita termasuk orang orang yang diberi petunjuk olehNYA.
Langganan:
Postingan (Atom)