menunggu sudah pasti berkonotasi dengan "kejenuhan dan kebosanan". Adakah menunggu yang tidak menjemukan dan membosankan ?
--------------------------
Di akhir triwulan IV ini, setelah menyelesaikan SPP , maka mulailah penjelajahan baru di depan mata, yaitu hunting dosen pembimbing dan berkejar kejaran dengan waktu dalam penyusunan thesis (terutama buat mahasiswa yang punya profesi sebagai karyawan). Ngomong ngomong tentang Hunting Dosen pembimbing pasti erat kaitannya dengan kata " menunggu".
Profesornya lagi di luar kota... tunggulah sampai beliau kembali ...
Profesornya lagi menguji di program MSi, tunggulah sampai ujian nya selesai,
Profesornya lagi ngajar di program Doktor, tunggulah sampai jam ngajarnya berakhir.
Profesornya lagi umroh.. tunggulah sampai pulang dari umroh
Profesornya lagi ke toilet,tunggu aja di ruang tunggu situ...
Profesornya lagi ke mana ya? tadi barusan ada di ruangannya... coba tunggu aja deh , kata sekretaris nya.. ( ya... sampai kapan ? sampai profesornya kembali ke ruangannya ...) lha kalo profesornya langsung pulang ? masa sih kita tunggu sampe besok, ketika beliau kembali ke kantor? weleh weleh .
Kalo ngga punya strategi bisa bisa urusan tunggu menunggu ini bikin stress dan patah semangat. Dan tau ngga 50 % mahasiswa yang akhirnya lambat dalam penyelesaian skripsi atau tesis , ya.. gara gara urusan sepele ini.
Dua pembimbing ku cukup berbeda urusan ini. Yang satu dengan senang hati mau keluar dari ruang ujian, dan sejenak menemui mahasiswa nya untuk menerima proposal, dengan janji minggu depan bisa diskusi setelah beliau membaca proposal tersebut. Yang satu lagi ( padahal berada di ruang ujian yang sama) meminta mahasiswa menunggu sampai ujian berakhir ( sekitar 3 jam lagi) baru bisa menerima proposal yg akan diserahkan. ( padahal sudah janji untuk ketemu bbrp hari sebelumnya)
Alhasil... menunggulah mahasiswa (diriku) selama 3 jam hanya untuk menyerahkan proposal ( yang mungkin hanya berlangsung tidak lebih dari 3 menit).
Dalam proses menunggu, apa yang harus dilakukan agar tidak menjemukan dan memberi manfaat?
1. Bawalah selalu buku bacaan di tas kita ( bisa apa saja yang memberi manfaat, bagus juga jika selalu bawa kitab suci)
2. Pakailah Gagdet seoptimal mungkin untuk membaca secara on line ( bukan sibuk up date status atau berkicau di jejaring sosial).
3.Carilah orang disekitar yang bisa diajak ngobrol, kadang kadang obrolan itu menjadi sangat bermanfaat, terutama jika menyangkut pengalaman menghadapi dosen pembimbing yang sama.
Dalam kasus menunggu ku di bagian pertama ini, karena tidak menyangka harus menunggu selama lebih dari 3 jam, maka setelah melihat lihat suasana, aku memilih membuka obrolan dengan orang orang sekitar yang juga ternyata sama sama menunggu.
3 jam berlangsung tanpa terasa, dan simsalabim memiliki relasi baru, mendapat banyak informasi, membuat diri kita tidak merasa menjadi orang paling menyedihkan, karena lebih banyak orang dengan nasib "menunggu" yang lebih parah.
Tetap Semangat walau harus menunggu....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar