Jumat, 20 September 2013

Di sessi  kuliah Management Strategic sabtu lalu, Prof Asdar from Unhas, meminta masing masing mahasiswa menuliskan cita cita tertinggi di selembar kertas. Kemudian setiap lembar yang telah ditulis itu dibacakan oleh nya di depan kelas.  Menarik juga apa yang tertulis dalam setiap lembar tersebut, ada yang menulis ingin menjadi direktur bank ( karena saat ini ybs memang bekerja di bank), ada yang menulis ingin menjadi kepala kantor dinas.... ( karena memang bekerja di dinas tsb) ada yang ingin menjadi pengusaha sukses ( krn memang saat ini profesinya pengusaha). rata rata menulis cita citanya adalah berada pada level tertinggi pada hirarki pekerjaannya sekarang.
tapi ada juga bbrp yang lain menulis ingin masuk surga, ingin sukses dunia akhirat, ingin menjadi orang yang berguna buat orang lain, to be super mom (this is my close friend's obsession),  dan aku tentu saja menulis ingin mendapat ridho Allah.

Yang menulis ingin menjadi direktur bank , bukan berarti tidak memikirkan kehidupan akhirat, sementara yang menulis ingin masuk surga juga bukan berarti acuh terhadap kehidupan dunia.  Setiap orang punya cara untuk mengungkapkan keinginannya. Biasanya seperti kata seorang Sufi, setiap orang akan meminta sesuatu yang belum dipunyainya. Tidak mungkin kan seorang direktur bank menulis cita cita nya adalah menjadi direktur bank. pasti keinginannya adalah meminta sesuatu yang belum dipunyainya saat ini.
yang paling menyedihkan jika seorang hakim menulis, keinginannya adalah diberi sifat adil. berarti selama menjabat posisi hakim , beliau tidak adil donk... hehehe..

Aku tidak pernah tau apakah Allah ridho padaku selama ini, maka selama itu pula aku akan selalu berhadap, berdoa dan meminta semoga Allah ridho padaku.... amin

terimakasih....

Ajaran etika yang paling awal diberikan ketika kita masih kecil adalah mengucapkan terimakasih, terutama kepada orang yang memberi kita sesuatu. 
-----------------------------------
Pasti semua orang tua pernah menyampaikan kepada anaknya kalimat " ayo.. bilang  apa sama tante itu ?"
si anak pun berucap " telimakacih tante...."
Artinya.. budaya berterimakasih atas kebaikan seseorang kepada kita sudah mendarah daging dalam diri kita sejak kecil dan sungguh aneh jika saat kita dewasa mendadak good habit itu lenyap!!! Mungkin bukan lenyap sama sekali tetapi ucapan terimakasih mulai pilih pilih tempat /waktu dan siapa yang layak mendapatkan. 

Pernah pada suatu kesempatan berbelanja di swalayan dengan seorang rekan, ketika transaksi selesai dilakukan, kartu kredit sudah masuk kembali ke dalam dompet dan struk belanja sdh diterima, secara otomatis terucap kalimat "makasih ya mbak " , eh... waktu selemparan batu keluar dari swalayan, si rekan yang sedari tadi nempel di samping berkata " ngapain sih pake terimaksih" bukannya dia yang seharusnya ngucapin terimakasih , karena kita beli di tempatnya ? "
daripada berolah kata panjang lebar, santai aja ku jawab " kebiasan sih".

dalam kesempatan lain, ketika membayar ongkos angkot, dan menerima uang kembalian, kuucapkan  "makasih mas" eh... si supir angkot rada terperangah  kaget. mungkin super jarang dia mendengar penumpangnya ngucapin terimakasih. Y .. bukankah wajar kita berterimakasih untuk kebaikan dan jasanya mengantar kita, terlepas bahwa untuk jasa itu kita juga membayar dengan rupiah.

Sedemikian langkanya ucapan terimakasih di beberapa bagian pekerjaan, sampai sampai ada sebuah tayangan reality show yang mencoba  mengukur  seberapa banyak orang mengucapkan terimakasih untuk jasa penyediaan toilet umum. Jadi dengan kamera tersembunyi, di shoot orang orang yang keluar masuk toilet umum tersebut, dimana di depan toilet tsb ada penjaga yang mengumpulkan ongkos memakai toilet. Hampir semua orang yang masuk toilet, kemudian ketika keluar menyodorkan uang kepada penjaga, dan bergegas pergi tanpa ba bi bu... sampai berjam jam kemudian ada seorang Ibu setengah baya masuk, tak beberapa lama kemudian  ibu tadi keluar dan menyodorkan uang kepada penjaga toilet tersebut sambil mengucapkan "terimakasih ya mas".
Langsung saja crew reality show itu berhambur keluar dan menanyai sang ibu ttg sikap berterimakasih tsb. Sang ibu menjawab " ya biasa saja toh mas, saya sudah bisa pakai toilet ini ketika saya butuh, dan saya mengucapkan terimakasih karena mas ini (sambil menunjuk sang penjaga toilet) sudah mau menjaga dan membersihkan toilet ini.
Alhasil karena habitnya itu, si Ibu diberi hadiah uang tunai oleh produser reality show tsb. dan sesuai perjanjian seluruh uang yg ada di kotak ongkos toilet menjadi pemilik penjaga toilet tsb.

Kita cenderung bersikap jika sudah membayar seseorang atas jasa yang sudah di keluarkannya, ya it's enough, ngga perlu basa basi segala macam, padahal ngga semua jasa bisa dihitung dengan hanya sekedar rupiah .
Ada juga kecenderungan, karena sudah menjadi hak kita, dan kewajiban orang lain untuk menyediakan , maka ketika terjadi "transaksi " tersebut.. ya sudah ! selesai!!! Ini yang paling menyedihkan. jika kita berada pada pihak yang punya kewajiban, sebenarnya bukannya minta di hargai berlebihan, tapi sebuah ucapan terimakasih mampu menjadi pengikat emosional yang sangat berharga.

Etika etika kecil ini sudah mulai luntur dalam kehidupan modern kita. maka ketika seorang anak  yang meminta sesuatu  dan kemudian dia berkata  " terimakasih umi"   rasanya.... tidak salah mendidiknya selama ini. Subhanallah.

Semoga kita juga tidak pernah lupa untuk senantiasa  berterimakasih kepada Allah yang telah memberi kita kehidupan, kesehatan, keselamatan , dan kebaikan di dunia dan akhirat.... Insya Allah.. amin


(inspired by ast)