Rabu, 19 Juni 2013

Berbagi atas kelebihan kita

Lagi lagi ini tentang berbagi, Pada tingkat yang lebih tinggi dalam teori kebutuhan Maslow, seharusnya ada notasi " kebutuhan untuk berbagi" kata seorang teman Namun kebutuhan ttg berbagi bukanlah suatu hirarki yang hanya dapat dicapai jika kebutuhan yang lain terpenuhi lebih dahulu. Karena setiap orang pada tingkat kebutuhan apapun bisa melakukan ini dan merasakan bahwa ini adalah kebutuhan jiwa. Ini adalah kepuasan tertinggi dalam dinamika sosial. Ketika berbagi dilandasi keikhlasan yang hakiki, ketika berbagi menjadi sesuatu yang menghapus dahaga emosiona, ketika berbagi memberi kepuasan yang tak ternilai. Lantas bagaimana dengan "keharusan berbagi " yg tidak dilandasi dengan semangat keikhlasan dan kesukarelaan? apalagi tanpa fondasi tentang kebutuhan jiwa? Berbagi menjadi suatu momok yang menyebalkan, tidak menyenangkan dan akhirnya cenderung di jauhi... Berbagi tidak lagi menjadi sebuah kenyamanan. Seharusnya tidak demikian. Seterpaksa apapun ketika kita berbagi, paling tidak menjadi sesuatu yang sangat dihargai di pihak yang lain. Pihak yang menerima pasti bersyukur (walaupun kadang tak sempat terucap). Jika memang demikian... marilah kita lihat dari sisi ini .bagaimana kita bisa merasa terpaksa dan jengkel, padahal apa yang kita berikan bermanfaat bagi orang lain. Marilah kita terus bersyukur bahwa kita masih diberi kelebihan oleh NYA, dan kita mampu memberi apapun bentuknya kepada orang lain, untuk setiap kelebihan yang diberikan olehNYA. Jika kita tak sanggup melakukanya padahal kita diberi kelebihan, maka percayalah.. doa tidak langsung kita adalah kita tidak ingin diberi kelebihan sehingga tidak perlu berbagi. Apakah kita ingin kekurangan ? tentu tidak. Maka... mulailah berpikir ketika kita memiliki kelebihan apapun bentuknya ,berbagi lah, niscaya Allah akan terus menambah kelebihan kita. Untuk sahabat sahabat di MM, senang bisa saling berbagi dengan kalian...;-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar